Siapa
yang tak kenal band beraliran blues, Gugun Blues Shelter, apalagi
sejak kemunculannya di Hyde Park, London bersama musisi dunia, Bon
Jovi, Rod Stewart, dan lainnya, jadwal manggung mereka semakin sibuk
dan muncul diberbagai media dengan berita-berita prestasi mereka.
Gugun
Blues Shelter merupakan satu-satunya grup band se-Asia yang bermain di
panggung musik Hyde Park. Saat ditemui usai mengisi acara di Tembi
Rumah Budaya, Jogjakarta Gugun, Jono dan Bowie menceritakan pengalaman
mereka saat bermain di London beberapa waktu lalu.
Bincang-bincang santai bersama
Gugun Blues Shelter berlangsung seru dan ramai, apalagi dibeberapa kali
kesempatan, Jono kerap melontarkan banyolan-banyolan konyolnya.
Kembali kepada cerita mereka bermain di Hyde Park, London beberapa
waktu lalu. Prestasi mereka ini, memang membuat grup band yang dibentuk
tahun 2004 ini belakangan semakin sibuk, musik mereka yang di
Indonesia kerap dianggap musik idealis dan tidak mengikuti trend
industri, terbukti mampu memberikan prestasi khususnya untuk dunia
musik tanah air. “Bayangin aja, kemarin waktu selesai main di Hyde
Park, ada media radio dan televisi dari Kolombia yang terkaget-kaget
ada grup band asal Indonesia yang bermain musik rock dan blues. Mereka
hanya tahu kalau musik Indonesia ya musik tradsional kaya angklung, dan
sejenisnya” Kata Gugun.
Vokalis sekaligus gitaris Gugun Blues Shelter ini pun
semakin prihatin ketika media di sana bertanya tentang konflik, perang
dan teroris yang ada di Indonesia. “Jadi yang mereka tahu tentang
Indonesia, ya hanya konflik dan perang yang ada di Indonesia. Ini yang
coba saya luruskan, bahwa Indonesia tidak melulu perang dan konflik.
Dan ada jenis musik lain selain musik tradisional, bahwa ada festival
musik tingkat internasional di Indonesia. Dan kami Gugun Blues Shelter
membuktikan dengan bermain di Hyde Park,” tambahnya.
Misi mereka memperkenalkan grup
band Gugun Blues Shelter dan membawa nama Indonesia ke mancanegara
lewat musik bukan kali pertama di Hyde Park, London. Sebelumnya mereka
juga pernah bermain di festival musik terbesar di Singapura, disitu
mereka bermain satu panggung dengan musisi-musisi yang masuk dalam
nominasi Grammy Award seperti Bob Dylan, Imogen Heap dan lainnya. Jadi
ini sedikit dari cerita mereka pernah bermain di berbagai panggung musik
dunia.
Terkenal dan besar di luar negri,
apakah Gugun Blues tak ingin besar juga di negaranya sendiri,
Indonesia. Tentu saja mereka ingin besar dan musik mereka di terima di
Indonesia, meski Gugun mengakui dibentuknya band ini memang awalnya
untuk pasar luar negri, bukan bermaksud pesimis dengan penikmat musik
di Indonesia, hanya saja Gugun merasa musik mereka lebih diterima di
luar negi. Dan kini saatnya mereka mendekati para pendengar mereka di
tanah air lewat musik yang mereka usung. “Musik kami sudah mulai
diterima, itu juga yang akhirnya membuat kami menciptakan lagu dengan lirik berbahasa Indonesia agar lebih mudah dicerna dan diterima,” jelas Gugun.
Pengalaman bermusik mereka dengan
aksi panggung yang mengagumkan tentu tak lepas dari masa lalu mereka
sebelum terjun dan berhasil dengan bandnya. Di telisik seperti apa satu
persatu personil band ini sampai akhirnya seperti sekarang. Gugun
memulai cerita dengan keinginannya menjadi penyanyi sejak masih duduk
dibangku SMP, “awalnya gue pengen banget jadi penyanyi, dan buat gue
gitar cuma alat untuk pengiring aja. Tapi setelah gue belajar gitar
klasik, banyak esensial yang gue rasain, gitar bukan cuma untuk
mengiringi tapi bisa jadi menu utama dalam musik, tentunya dengan
berbagai tehnik,” ceritanya. Soal menjadi vokalis, Gugun tak pernah
belajar vocal secara formal, dia justru melatih vokalnya dirumah sambil
mendengarkan lagu-lagu kesukaannya. “Gue belum nemu guru vocal yang
punya karya, rata-rata mereka hanya bisa nyanyi tapi nggak punya
karya,” tambahnya.
Lain lagi dengan Jono, pria
bernama lengkap Jonathan Peter Armstrong ini mengaku ingin sekali
menjadi penari tradisional Inggris. Mungkin lebih tepatnya penari
Skotlandia, karena Jono bermimpi bisa memakai rok dan kaos kaki panjang
ala penari tersebut. “Tapi mamaku nggak setuju, akhirnya disuruh les
piano, umur 7-8 tahun berhasil sampai grade- 3 dan bisa baca notasi.
Kemudian SMP aku belajar gitar klasik sama guru les, dan main bass juga
bahkan sempat main di band Jazz, aku belajar drum juga. Untuk bisa
punya gitar sendiri dulu aku sampai cuci mobil orang. Itulah ceritanya
bisa sampai seperti sekarang, James Brown and Jimi Hendrix that’s all I
need in my life,” ujar pria asal Inggris ini.
Yang terakhir Bowie, kemampuannya
menabuh drum tak perlu disangsikan. Siapa sangka skill nya bermain
drum didapat dari pembelajaran secara otodidak. Ceritanya hampir sama,
tidak ada dukungan dari orang tua, tidak membuat pria bernama lengkap
Aditya Wibowo ini lantas berhenti menggeluti alat musik drum. “Gue
sempet belajar formal sama Hendy, itupun sebelum Hendy gabung sama
Gigi. Setelah itu gue sempet marching band dan beberapa kali main di
master class di UGM. 30 persen gue belajar formal selebihnya otodidak,”
ungkap salah satu personil “bertiga” bersama Tohpati ini.
Sejauh ini prestasi mereka tak
bisa diukur dengan apapun, kerja keras dan optimis bisa membawa mereka
menjadi seperti sekarang. Tetapi pencapaian secara musikal mereka tak
cukup sampai disini, atau hanya sekedar bermain di Hyde Park. Masih
banyak yang harus dicapai, salah satunya bisa bermain di
pelosok-pelosok Indonesia. “Bisa bermain di Hyde Park masih intro,
keinginan dan mimpi-mimpi kami masih panjang,” tutup Gugun.
SUMBER : http://www.tembi.net/id/news/temen/gugun-blues-shelter-kenalkan-musik-modern-indonesia-pada-dunia-1803.html
SUMBER : http://www.tembi.net/id/news/temen/gugun-blues-shelter-kenalkan-musik-modern-indonesia-pada-dunia-1803.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar